You are currently viewing ROI (Return on Investment): Cara Hitung, Fungsi, dan Contoh Nyata

ROI (Return on Investment): Cara Hitung, Fungsi, dan Contoh Nyata

abhijithsomarajan.com– Kalau lo pernah dengar istilah “modal balik berapa lama?” atau “untungnya berapa persen?”, sebenarnya itu udah nyentuh konsep ROI (Return on Investment). Istilah ini jadi bahasa sehari-hari di dunia bisnis, tapi masih banyak yang belum benar-benar paham cara menghitung dan memanfaatkannya.

Padahal, ROI itu sederhana. Bayangkan lo buka kedai kopi modal Rp10 juta. Sebulan kemudian omzetnya Rp15 juta. Pertanyaan simpel: seberapa efisien modal itu dipakai buat menghasilkan untung? Nah, jawabannya ada di ROI.

Apa Itu ROI (Return on Investment)?

Secara definisi, ROI (Return on Investment) adalah rasio atau persentase yang ngukur profitabilitas sebuah investasi dibandingkan biaya yang dikeluarkan .

Dengan kata lain, ROI kasih lo gambaran: “Apakah duit yang dikeluarin itu kerja keras menghasilkan keuntungan, atau cuma muter-muter tanpa hasil?”

Semakin tinggi angka ROI, artinya semakin menguntungkan investasi tersebut.

Fungsi ROI dalam Bisnis

ROI bukan sekadar angka di laporan keuangan. Ada beberapa fungsi penting yang bikin indikator ini jadi favorit pengusaha, investor, sampai pebisnis kecil:

  1. Mengukur keuntungan.
    Lo jadi tahu seberapa besar untung yang didapat dari modal yang dikeluarkan.

  2. Evaluasi efisiensi.
    ROI menunjukkan apakah modal digunakan dengan efektif atau boros.

  3. Membandingkan investasi.
    Mau pilih buka cabang restoran atau investasi saham? Tinggal bandingin ROI masing-masing.

Intinya, ROI bantu bikin keputusan lebih rasional, bukan sekadar ikut-ikutan tren.

Rumus ROI yang Gampang Diingat

Tenang, rumus ROI itu nggak ribet sama sekali.

Rumus dasar:

ROI=Pendapatan–BiayaInvestasiBiayaInvestasi×100%ROI = \frac{Pendapatan – Biaya Investasi}{Biaya Investasi} \times 100\%

Contoh:
Lo invest Rp10 juta → balik Rp15 juta.
Hitungan: ((15 juta – 10 juta) / 10 juta) x 100% = 50%.

Artinya, modal lo menghasilkan pengembalian 50%.

Kalau dipikir-pikir, ini cara cepat buat nilai “layak atau nggak” sebuah investasi.

Contoh Nyata ROI di Dunia Usaha

Biar lebih kebayang, kita coba pakai contoh sehari-hari:

  • Bisnis kuliner kecil.
    Modal Rp20 juta buat warung makan. Dalam 6 bulan, omzet Rp35 juta. ROI = ((35–20)/20) x 100% = 75%. Mantap, artinya investasi menguntungkan.

  • Kampanye iklan online.
    Budget Rp5 juta buat iklan Instagram. Hasil penjualan Rp8 juta. ROI = ((8–5)/5) x 100% = 60%. Dari sini bisa tahu iklan efektif atau perlu optimasi.

  • Properti.
    Beli rumah Rp500 juta, 2 tahun kemudian dijual Rp650 juta. ROI = ((650–500)/500) x 100% = 30%.

Dari tiga contoh ini, kelihatan ROI bisa dipakai fleksibel: bisnis kecil, digital marketing, sampai investasi besar.

Manfaat Menggunakan ROI

Kenapa ROI populer banget? Karena indikator ini punya beberapa kelebihan:

  • Sederhana dan mudah dipahami. Bahkan orang awam bisa cepat ngerti.

  • Memberi gambaran jelas. Lo langsung bisa lihat apakah sebuah usaha jalan sesuai harapan.

  • Alat komunikasi. Saat pitching ke investor, angka ROI yang tinggi bisa jadi senjata.

Makanya banyak bisnis rintisan sampai korporasi besar pakai ROI sebagai “bahasa universal” buat ngomongin untung-rugi.

Keterbatasan ROI

Tapi jangan lupa, ROI juga punya sisi lemah:

  1. Nggak memperhitungkan waktu.
    ROI 50% dalam 1 bulan beda banget dengan ROI 50% dalam 2 tahun.

  2. Bisa dimanipulasi.
    Definisi “pendapatan” dan “biaya” bisa disesuaikan biar kelihatan bagus.

  3. Nggak mencakup risiko.
    ROI tinggi belum tentu aman kalau risikonya besar.

Jadi, ROI bagus buat overview, tapi sebaiknya dipadukan dengan indikator lain kayak NPV (Net Present Value) atau IRR (Internal Rate of Return).

Bagaimana Cara Meningkatkan ROI?

Nah, kalau lo udah ngerti konsepnya, pertanyaan berikutnya: gimana caranya ningkatin ROI? Beberapa strategi yang umum dipakai:

  • Efisiensi biaya. Pangkas pengeluaran yang nggak perlu.

  • Naikkan pendapatan. Bisa lewat harga jual, volume penjualan, atau produk baru.

  • Optimasi pemasaran. Iklan yang tepat sasaran bikin hasil lebih maksimal.

  • Pilih investasi yang pas. Jangan asal ikut tren, pastikan potensi keuntungan lebih besar daripada biaya.

Kalau dipikir-pikir, ini balik lagi ke logika dasar bisnis: jangan keluar duit kalau nggak jelas baliknya.

ROI di Era Digital

Menariknya, ROI sekarang bukan cuma dipakai di keuangan tradisional. Di era digital, ROI jadi metrik utama di banyak bidang:

  • Digital marketing. Ukur efektivitas kampanye Google Ads, TikTok Ads, atau Instagram.

  • Startup. Investor selalu tanya: ROI aplikasi ini berapa?

  • Content creation. Bahkan kreator YouTube pun ngitung ROI: biaya produksi vs pendapatan iklan.

Artinya, ROI bukan sekadar istilah akademis. Ia udah jadi bagian dari percakapan sehari-hari di dunia kerja modern.

ROI (Return on Investment) adalah alat sederhana tapi powerful buat ngukur efisiensi investasi. Dari bisnis kuliner kecil sampai perusahaan besar, semua bisa pakai rumus yang sama.

Tapi ingat, ROI bukan segalanya. Ia perlu dipadukan dengan faktor waktu, risiko, dan kondisi pasar. Kalau dipakai bijak, ROI bisa jadi kompas penting dalam perjalanan bisnis.

Pertanyaannya sekarang, udah cek ROI bisnis lo belum? Siapa tahu, angka itu bisa jadi wake-up call buat ambil keputusan yang lebih cerdas.

Source:

Leave a Reply